Jumat, 29 Juni 2012

Sebuah Keputusan (Bagian 2)

Lanjutan dari Sebuah Keputusan Bagian 1

Dalam keadaan setengah sadar Davi mendengar suara motor kakaknya. Terlihat jelas pada jam yang terpasang di dinding menunjukan pukul 4 tepat. Dengan rasa malas dia mencoba untuk bangkit dari ranjang menuju meja belajar. Pada saat akan menekan tombol poweer pada CPU tiba-tiba Hpnya bergetar yang menandakan ada senuah pesan masuk. Ternyata SMS dari Putri, kekasihnya yang baru jadian sebulan lalu saat acra perpisahan. Tapi sebenarnya mereka sudah saling akrab sejak kelas satu SMP.

Yan, aq bntr lgi ke rmhmu. Aq mo pnjem CD games ama bwai novel ksuka’anmu.

Dengan tanggap Davi memainkan jari-jarinya paada tombolyang tersedia di HP. Sebuah SMS terkirim pada Putri


Oce. I will wait you, my sweety. bye!

Davi mengurungkan niatnya untuk maen games dan lebih memilih untuk mandi agar penampilannya menarik pada saaat Putri tiba. Seusai memakai pakian Davi keluar kamar menuju ruang tamu untuk menunggu Putri. Belum sempat menyandarkan tubuhnya bel sudah berdering menandakan Putri datang. Sosok gadis cantik diajaknya masuk ke dalam. Mereka ngobrol di ruang santai dan bercands. Mereka tak terlihat seperti anak remaja yang sedang berpacaran karena mereka tahu batas-batas yang boleh dilakukan. Orangtua Davi menangggapi sebagai hal wajar karena di usia remaja mereka pernah mengalaminya dan pastinya mereka mengontrol putra bungsunya itu. Tanggapan yang sama juga diberikan oleh orangtua Putri. Akan tetapi, Davi tidak mengetahui respon yang diberikan oleh orangtua pacarnya.

“Yan, besok kamu masuk pa nggak?” tanya Putri dengan memanggil panggilan kesayangan untuk Davi yang bernama lengkap Davian Febriyan Sanjaya.

“Tentu lah. Masak hari pertama masuk sekolah aku tiduran di rumah,” jawab Davi.

“Emangnya kamu dah sembuh?” sahut Putri.

“Kenapa sich semua orang mastiiin klo aku dah sembuh pa belum. Bisa dilihat sendirikan aku udah nggak mondar-mondir ke belakang,” terang Davi.

“Mungkin wajahmu saat ini agak pucat. Tapi aku sangat senang klo kamu besok masuk,” balas Putri.

“Dengan senang hati aku akan menjagamu dari senior yang galak-galak dan kalo perlu bila kamu dapet hukuman, aku siap menggatikanmu,” jelas Davi.

“Jangan ngegombal aja. By the way, Kak Radit ke mana?” tanya Putri.

“Kak Radit ke sekolah buat persiapan besok,” jelas Davi sembari melihat-lihat novel yang dibawakan Putri.

“Eh, Putri. Sudah lama ya?” sapa Mama Selvi pada Putri.

“Ya, tante. Mau ke mana tante? Kok dandan cantik sekali dan bawa barang bawaan,” balas Putri.

“Tante Selvi ama Om Rudi mau ke Surabaya dua minggu,” jelas Mama Selvi.

“Papa dan mama berangkat sekarang?” tanya Davi.

“Ya, Nak. Kalo mau ikut nganter ayo!” terang Papa Rudi pada Davi.

“Ya udah. Papa ama Mama berangkat dulu. Inget pesan dari orangtua ya! Jangan merepotkan Kak Radit aja!” jelas Mama Selvi pada Putranya sambil memeluknya.

Setelah berpamitan kedua orangtua Davi segera meluncur ke bandara diantar oleh Ujang. Davi pun segera mengambilkan kaset CD games di kamarnya karena Putri ada janji dengan temannya. Sebenarnya Davi ingin ikut Putri untuk mengantar temannya membeli peralatan sekolah. Niat itu diurungkan karena rasa mules yang masih ada di perutnya. Sejam sebelum makan malam tiba Davi menyempatkan diri untuk membaca beberapa novel yang tadi dibawakan oleh Putri. Maen games dan baca novel merupakan hobi yang sangat diminat oleh sepasang muda-mudi itu. Meskipun mereka masih punya hobi yang lain sebagai pengisi waktu luang. Seusai makan malam, Davi menerima SMS dari kakaknya

Gmna? Qm bsk jdi msk pa ngga? Coz skrg qm dah SMA hrus bsa ngmbil kptusn yg trbaik baut dri qm ndiri.

Davi segera membalasnya dengan keputusan yang dia pikirkan dan dia merenungkan isi SMS dari kakaknya yang seperti dari wise man.

Bsk aq msuk. Klo kakak gi napa? Good luck for tomorrow.

Berawal dari pesan singkat yang diterima dari kakaknya pikiran Davi menjadi lebih dewasa. Dia kemudian teringat bahwa malam ini ada pertandingan sepakbola. Sambil nonton tim favoritnya Davi menyiapkan perlengkapan yang harus dibawa besok. Tiba-tiba dia mendapat SMS dari Rio yang berisi ajakan untuk maen games di mall terdekat. Davi menolak ajakannya karena dirasa nggak penting tetapi dalam hati kecilnya dia pengen karena sudah lama ngak ngumpul bareng dengan teman-temannya. Tapi itulah keputusan yang dibuat oleh Davi. Dia juga menyempatkan untuk chatting pake HP ama Putri. Udah tengah malam Davi masih melototi layar kaca televisi.

“Den udah malam. Besok bangun kesiangan loh. Katanya besok udah masuk sekolah,“ suara Mbok Darsih dari arah dapur dengan nada mengingatkan.

“Iya, Mbok. Biar aja nanti aku pasang alarm, Nanggung nich. Tapi makasih udah diingetin,” jawab Davi.

“Ya udah kalo gitu. Mbok kembali ke kamar,” balas Mbok Darsih lantas menuju kamarnya.

Mata Davi masih kuat hingga pertandingsn sepakbola usai. Dia kemudian beranjak menuju kamaranya dan memasang alarm pukul 05.30 karena pukul 06.30 udah masuk sehingga dia punya waktu sejam buat persiapan dan berangkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More