Di saat kita sibuk mempersiapkan UNAS yang akan segera dilaksanakan, kita tentu memikirkan kelanjutan studi kita. Tidak jarang banyak siswa yang kebingungan menetapkan kelanjutan studinya. Pada postingan sebelumnya sudah dijelaskan dalam menetukan jurusan di PTN
Pada kesempatan singkat ini, penulis mencoba menjelaskan bagaimana seharusnya memilih jurusan di bangku kuliah. Kita ketahui setiap orang seusai menempuh pendidikan di tingkat tinggi yaitu bangku kuliah menginginkan untuk kerja sehingga dapat memenuhi kebutuhan.
Panduan praktis yang dapat diberikan yaitu terlebih dahulu menetapkan karier atau pekerjaan yang kita inginkan nantinya. Kenapa kita harus terlebih dahulu menetapkan karir? Karena karier itu akan kita jalani selamanya sehingga sepanjan hidup kita akan bergelut atau berkecimpung di dunia tersebut. Tentu sulit bagi orang umum untuk berganti-ganti profesi.
Dalam penetapan sebuah karier ada beberapa variabel yang mengikutinya. Minat merupakan faktor utama yang akan mengantarkan kita pada tingkat keberhasilan. Tentu semua orang paham dnn mengerti akan istilah “MINAT”. Minat merupakan bentuk kesukaan, kecintaan terhadap sesuatu. Dia akan berusaha mendakapatkan hal itu karena dia minat. Bila seseorang sudah minat dengan suatu bidang pekerjaan, dia akan selalu suka dan minat dengan pekerjaan itu dan tidak mersasakan kebosanan atau kejenuhan.
Bakat merupakan faktor pendukung dari minat. Bakat dapat diketahui melalui pengukuran konkrit. Seorang yang berbakat di bidang komputer tentu dapat terlihat. Bakat seseorang itu dapat dibentuk melalui proses. Tiap orang memiliki pontensi untuk berbakat di segala bidang tergantung bagaimana dia mengasah bakat dasar yang dia miliki. Bakat di sini dapat diperoleh melalui pembelajaran yang berkelanjutan. Bakat tiap manusia akan bersifat dinamis menuju kemajuan atau kemunduran tergantung bagaimana dia mengasahnya.
Keterhubungan antara minat dan bakat tidak dapat diremehkan. Setelah mengetahui tentang definisi dan fungsi masing-masing kita harus menghubungkannya. Seorang yang memiliki minat di bidang “A” sangat besar tetapi bakat di bidang “A” cukup memadai nanti dalam proses berkarir dapat menghasilkan karya besar. Mengapa demikian. Karena orang tersebut akan berusaha dengan keras untuk melakukan hal yeng terbaik di bidang “A” karena minat yang cukup tinggi dengan bakat yang cukup memadai itu. Bakat yang terus diasah tentu akan membuat dia memiliki bakat yang lebih daripada sebelumnya. Begitu juga sebaliknya, jika ada seorang yang tidak mempunyai minat di bidang “A” tetapi bakat yang dimiliki juga lebih memadai tentu jika karirnya di bidang “A” ini dipilih tentu akan menghasilkan karya yang tidak begitu berarti. Hal ini disebabkan dia tidak ada rasa minat melakukan pekerjaan di bidang tersebut. Dia akan merasa jenuh dan bosan. Dimungkinkan pada awal masuk kerja akan memikirkan kapan waktu istirahat, lalu setelah istirahat pada shift berikutnya tentu akan muncul benak pemikiran kapan dia akan pulang. Tentu hal ini akan bertolakbelakang sekalai dengan orang yang pertama. Dia akan merasa senang melakukan pekerjaan walaupun waktunya lama.
Demikian lah ulasan keterkaitan antara minat dan bakat untuk penetapan karir. Selain lebih dahulu menetapkan karir, akan mmepermudah kita dalam melangkah setelah menyelesaikan pendidikan di bangu sekolah, arah yang seharusnya kita ambil nantinya. Sehingga mampu mengurangi angka pengangguran sekarang.
Bakat yang dapat dijadikan rujukan tidah harus lah mahir, misal seorang siswa ingin menjadi dokter, dia minat di dunia medis. Dalam kepribadiaanya dia tidak takut melihat darah, bila ada kecelakaan berusaha menolong atau melihat. Kepribadian ini akan bertolak belakang dengan cenderung yang tidak ada. Bisa dilihat dia akan merasa takut untuk melihat adarah atau kecelakaan. Konklusi yang diambil aspek kebribadian juga harus diperhatikan juga. Jangan sampa merasa menyesal nantinya.
Selain itu, aspek peran dalam bermasyarakat juga harus diperhatikan juga. Mengingat kita diciptakan tidak sebagai seorang individualis, tetapi sebagai makhluk sosial sehingga diharuskan mampu hidup bermasyarakat membentuk sebuah tatanan yang dinamis dan seimbang. Orientasi berkarir antara orang yang individualis tentu akan sanagta berbeda dengan orang sosial. Dia akan merasa sukses setelah menduduki sebuah jabatan dan akan melalukan pekerjaan untuk mendapatkan material. Tidak jarang mereka akan melakukan kerja supaya dapat gaji yang dapat mengundang tindakan korupsi. Hal ini akan berbeda sekali dengan orang yang merasa dirinya diciptakan juga sebagai makhluk sosial. Dia akan melakukan pekerjaannya dengan mengukur kadar seberapa besar kontribusi yang dapat diberikan kepada masyarakat tentu tidak melupakan kebutuhan pribadinya.
Berikut contoh yang dapat diberikan: Seseorang yang menginginkan dokter sebagai kariernya tentu akan merasa sukses setelah dapat mendapatkannya. Ini akan dialami bagi orang yang individualis. Dia akan bekerja mati-matian mengumpulkan harta dengan ilmu yang dimiliki, tahap selanjutnya ingin memperdalam ilmunya sehingga nanti akan mempermudah dia memperoleh fee/uang. Lain halnya dengan orang yang sosial, dia akan berusaha memberikan kontribusi yang diberikan kepada masyarakat. Dia akan mengembangkan ilmunya untuk meyelesaikan permasalahan yang ada. Dia akan berpikir seberapa banayak yang sembuh yang akan dia tangani, obat apa yang akan menyelesaikan sebuah wabah penyakit.
Semoga uraian singkat dan padat ini bermanfaat bagi para pembaca. Perlu diketahui bahwa ini hanya untuk menetapkan karir sebagai pijakan melanjutkan studi. Faktor ekonomi keluarga juga perlu diperhatikan. Hal terpenting jangan sampai memilih jurusan di bangku kuliah hanya sebagai prestise lingkungan, tuntutan orangtua, dan yang menyedihkan karena ikut-ikutan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar