Dengan terpaksa Revan membantu Dinda untuk menolong Davi yang terkulai di trotoar depan sekolah. Revan segera mencari bantuan di UKS. Sementara itu, Dinda berusaha menyadarkan Davi dengan memberikan bebauan dari minyak kayu putih yang dia bawa. Bersama dengan tiga anak PMR Revan telah kembali untuk mengangkat Davi ke dalam UKS. Dengan susah payah akhirnya tubuh Davi telah berada di atas tempat tidur UKS yang bersih dan nyaman. Davi juga belum sadar saat itu. Dinda berusaha keras menyadarkannya.
”Belum sadar juga?” tanya Revan.
”Tanya aja. Coba kamu gantian yang menyadarkan,” balas Dinda.
”Cuma tanya emang tidak boleh,” timpal Revan.
Di tengah perbincangan Revan dan Dinda yang sedang menunggu kesadaran Davi tiba-tiba Radit datang ke UKS. Radit terkejut kalau ada seorang peserta terbaring di UKS. Dilihatnya dengan seksama ternyata dia adalah Davi. Radit menjadi bingung kenapa Davi bisa terbaring pingsan di UKS.
”Lho, kenapa kamu bengong saja?” tanya Revan yang membuyarkan lamunan Radit.
”Oh, tidak apa-apa kok,” jawab Radit berusaha menutupi penasarannya.
”Iya ini masih ada peserta yang masih belum pulang. Dia pingsan tadi di depan. Sudah 15 menit di belum sadar juga,” jelas Dinda pada Radit.
“Sudah diperiksa?” tanya Radit
”Kayaknya dia dari tadi belum makan. Wajahnya pucat banget. Denyut nadinya juga lemah. Tuh gara-gara Revan tidak beri waktu istirahat. Katanya dia terlambat setengah jam,” balas Dinda lengkap.
”Iya aku yang salah. Sini aku coba untuk menyadarkan,” sahut Revan sambil memberikan bebauan minyak kayu putih.
Davi langsung tersadar oleh bantuan Revan tadi. Matanya yang terpejam kini mulai terbuka. Dinda mencoba menjelaskan keadaan Davi di waktu tadi. Sementara itu Revan mengajak Radit untuk keluar UKS. Radit bingung dengan ulah Revan yang aneh itu. Ternyata Revan meminta alamat Davi karena dia ingin mengantarkannya pulang.
”Ayo cepat ke ruang panitia,” ajak Revan.
”Kenapa harus diantar? Kalau nanti ada yang menjemput gimana?” tanya Radit.
”Ah biarin aja. Sebenarnya aku tadi disuruh Dinda untuk mengatarkannya. Kamu kira aku sendiri yang ingin mengantar?” jawab Revan.
”Ehm. Okey, akan kucarikan,” balas Radit.
Pikiran Radit menjadi tambah bingung kalau Dinda nanti ikut mengantar pasti dia akan tahu bahwa Davi adiknya. Tetapi untung saja Revan tidak pernah tahu rumahnya di mana.Radit berada. Radit pun segera memberitahu alamat Davi. Radit lantas memberikan secarik kertas bertuliskan alamat rumahnya di aman Davi juga. Radit sedikit cemas kalau Dinda nanti ikut.
”Lho, kok langsung ketemu.” komentar Revan karena begitu cepatnya Radit memberikan kertas itu.
”Ehm, nggak tau. Kebetulan saja biodatanya anak tadi paling atas. Namanya Davian Febriyan Sanjaya kan?” jelas Radit berusaha meyakinkan Revan.
”Iya, betul,” jawab Revan sambil mengangguk
”Biar diantarin anak PMR aja. Panitia inti dan korbid ada evaluasi,” pesan Radit pada Revan supaya Dinda tidak ikut.
”Pastinya dong. Siapa juga yang mau mengantar anak ingusan kayak gitu. Bikin emosi dan sekarang malah buat repot orang,” cerocos Revan sambil berlalul dari ruang panitia.
Davi yang sudah tersadar walau masih lemas berusaha mengisi lambungnya dengan roti yang diberikan Dinda. Setelah dia selesai menyantap roti, Revan telah datang dan segera memberikan secarik kertas alamat Davi pada Aldo. Sebagai Koordinator Kesehatan, Aldo melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya untuk mengantarkan Davi. Aldo bersama petugas UKS mencoba untuk membantu Davi berjalan menuju mobil Revan yang diikhlaskan untuk mengantarkan peserta yang telah membuat kesan menjengkelkan di hari pertama acara orientasi ini.
Mobil yang ditumpangi Davi segera melaju menjauhi UKS. Saat mendekati pintu gerbang sekolahnya dia melihat Grand Livina silver yang dirasa adalah mobilnya. Ternyata hal itu tepat sekali karena di samping mobil itu telah berdiri Mang Asep. Davi pun segera memberitahukan pada Aldo yang sedang menyetir bahwa jemputannya telah ada. Davi pun segera berterima kasih kepada ketiga panitia yang akan mengantarkannya pulang dan bergegas keluar menuju mobil jemputannya. Mang Asep terlihat heran atas apa yang terjadi apa Davi kenapa putra majikannya itu diantar oleh panitia. Davi pun lantas masuk ke dalam mobil di mana Mang Asep telah siap menyetir. Davi yang duduk di jok belakang sehingga bisa melihat wajah Mang Asep. Terlihat oleh Davi seakan wajahnya menaruh tanda tanya apa yang terjadi oleh dirinya. Sebelum sebuah pertanyaan itu terlontar dari mulut Mang Asep, Davi segera menjelaskan dengan singkat dan detail sehingga tidak muncul lagi penasaran dalam diri Mang Asep. Mengetahui kalau putra majikannya dalam kondisi seperti itu Mang Asep mempercepat laju mobil agar segera sampai di rumah sehingga Davi dapat beristirahat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar